Tulisan (25 Mei 2025)
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Bagaimana kabar kamu hari ini? Aku harap kamu dalam keadaan sehat dan bahagia, walaupun aku sadar aku sering kali bertanya hal yang sama berulang-ulang, seolah-olah itu satu-satunya cara aku bisa menunjukkan bahwa aku peduli padamu. Mungkin kamu sudah mulai merasa bosan atau jenuh dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana itu, tapi percayalah, aku benar-benar ingin tahu bagaimana keadaanmu, bagaimana perjalanan harimu, dan apakah kamu merasa nyaman serta damai di tengah segala kesibukan yang kamu jalani. Kalau begitu, aku ingin mengganti pertanyaanku yang biasa itu dengan sesuatu yang lebih bermakna: apakah kamu sudah makan dengan baik hari ini? Bagaimana suasana hatimu sepanjang hari ini?
Apakah kamu masih menyimpan sedikit ruang di hatimu untuk mengingatku, meskipun waktu dan jarak memisahkan kita? (emot menanti) Tenang saja, ini hanya gurauan kecil dari aku, dan maaf jika membuatmu tidak nyaman, oke lanjut.
Belakangan ini, aku mencoba untuk lebih disiplin dan konsisten dalam menjalani rutinitas sehari-hariku, salah satunya dengan menyisihkan waktu untuk menonton kajian-kajian islami secara online melalui YouTube, di sela-sela kesibukan yang kadang membuatku lelah seolah energiku kian menurun. Ada satu kajian yang sangat menarik perhatianku, yang membahas tentang makna cinta yang sebenarnya bukan cinta biasa yang hanya berdasarkan nafsu atau perasaan sesaat, melainkan cinta yang menjadi syarat utama untuk memasuki surga-Nya Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dalam kajian tersebut dijelaskan dengan sangat mendalam bahwa cinta yang tulus dan ikhlas kepada sesama makhluk hidup, tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan balasan, adalah salah satu jalan utama untuk meraih ridha dan rahmat-Nya yang Maha Kuasa, MasyaAllah.
Cinta itu bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti kasih sayang yang tulus antara ayah dan anak, ibu dan anak, saudara dengan saudaranya, bahkan pasangan dengan pasangannya. Semua bentuk cinta yang murni dan penuh keikhlasan itu menjadi bukti nyata keimanan dan ketaqwaan seorang hamba kepada Allah, sehingga aku pun ingin kamu mencintaiku!! mencintaiku sebagai sesama makhluk hidup, sebagai sesama hamba Allah yang sama-sama membutuhkan rahmat dan kasih sayang-Nya.
Mendengar dan memahami hal itu, aku jadi merenung dalam-dalam dan bertanya-tanya dalam hati, apakah rasa cintaku padamu selama ini hanya sebatas cinta persaudaraan dan kasih sayang biasa, ataukah lebih dari itu? Seiring berjalannya waktu, perasaan itu semakin menguat dan membuatku bingung serta takut. Aku takut jika aku terus menaruh perasaan itu di hatiku tanpa batasan, aku akan tersesat dalam keraguan dan mungkin melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan syariat Islam, ya tentu saja aku ingin hindari, Audzubillah.
Berangkat dari ketakutan itu, aku pernah berpikir untuk melupakanmu dan menganggap rasa cintaku hanya sebatas cinta persaudaraan sesama ciptaan Allah, agar hatiku tidak terus-terusan diliputi kegelisahan. Namun, perasaan manusia memang tidak mudah diatur dan terkadang hati berkata lain dari apa yang logika pikirkan. Aku harus berusaha menahan diri, karena aku sadar betul bahwa menjaga diri dari hal-hal yang tidak diizinkan adalah kewajiban setiap muslimah.
Berita buruknya hati dengan randomnya seolah berkata, apakah aku harus menemui kamu dan mengungkapkan perasaanku tanpa rasa malu? Namun aku sadar, itu bisa menimbulkan fitnah besar dan merusak kehormatan kita berdua. (cie berdua gatuh, Ya Allah Maaf) Aku tidak ingin melakukan sesuatu yang melanggar aturan Allah hanya demi sebuah perasaan yang belum jelas statusnya. Aku juga tidak ingin mencari validasi dari orang lain sebelum hubungan itu benar-benar halal di mata Allah. Karena bagiku, cinta yang sejati adalah cinta yang diridhoi oleh-Nya, bukan sekadar perasaan yang datang dan pergi tanpa arah dan tujuan.
Saat menuliskan semua ini, aku merasa seperti sedang mengeluh dan mungkin kamu berpikir aku terlalu sering mengeluh tentang perasaanku dan kebingunganku. Sebenarnya aku malu juga harus membuka semua ini, tapi aku percaya bahwa dengan menuliskan segala perasaanku, aku bisa lebih jujur pada diriku sendiri dan menjadi lebih kuat dalam menghadapi segala perasaan yang ada, bukan hanya soal cinta saja, tapi juga tentang bagaimana aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Untukmu... aku berharap kamu juga berani mencoba menjadi pribadi yang lebih jujur pada diri sendiri. Jika kamu merasa lelah, jangan ragu untuk mengakuinya. Jika ingin menangis, izinkan dirimu menangis. Jangan pernah memaksakan diri menjadi orang lain hanya untuk menyenangkan semua orang, karena lambat laun hal itu akan mengikis jati dirimu yang sebenarnya. Ingatlah, kejujuran pada diri sendiri adalah langkah pertama untuk menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati.
Aku berharap, suatu saat nanti aku bisa menemukan jalan terbaik yang sesuai dengan syariat dan hati ini. Sampai saat itu tiba, aku akan terus berusaha menjaga diri, memperbaiki niat, dan terus berdoa agar Allah memberikan yang terbaik untukku dan juga untuk kamu, agar kita bisa menjalani hidup ini dengan penuh berkah dan ridha-Nya. Semangat ya kamu, I proud of you.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar