Tulisan (21 Juni 2025) Latepost (Publish aja dah)
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah kabar kamu baik-baik saja, mungkin tulisan kali ini tidak lucu, maaf tapi tolong mengertilah dan aku berharap kamu mau mengikutinya.
Apa selama ini aku salah? Pertanyaan itu terus berputar di kepalaku, seperti gema yang tak kunjung hilang. Sepertinya memang begitu. Aku merasakan kebingungan akhir-akhir ini, seperti tersesat dalam labirin perasaan yang tak ku mengerti. Tidak ada lagi kata yang dapat menggambarkan rasanya, perasaan yang campur aduk antara harap dan takut, antara ingin dan ragu. Ini aneh...
kamu tahu, ini seperti kepingan-kepingan puzzle yang mulai terbentuk sedikit demi sedikit, akhirnya aku bisa mulai melihat gambaran yang sebenarnya. Semua yang kamu beri dan semua yang tersampaikan padaku, sebelumnya kupikir ini hanya ilusi dan kehaluanku saja, aku mengira mungkin ini hanya bayangan yang kubuat sendiri agar hatiku tidak terlalu kosong. (Apakah benar seperti itu. Jika Ya, syukurlah). Namun akhirnya aku tahu bahwa sesuatu terjadi di sini, sesuatu yang nyata. Ada perasaan yang tumbuh, meskipun aku tak tahu harus bagaimana menghadapinya.
Dan ya, bolehkah kamu berhenti pada batasmu? Tolong, kembalilah pada batasmu. Aku takut jika ini sesuatu yang salah, aku takut kalau aku melangkah terlalu jauh dan akhirnya justru menyakiti diriku sendiri. Aku takut perasaan ini akan membuatku terluka lebih dalam.
Percayalah, aku hanya manusia bodoh yang sedang menginginkan citra baik di matamu. Semua itu tipuan karena aku ingin kamu melihatku sebagai seseorang yang pantas, meskipun aku tahu sedari awal bahwa ini memang hal bodoh yang kulakukan setelah bertemu denganmu kala itu. Percayalah aku tak sebaik itu, aku hanya sedang bermain peran disini, jangan tertipu.
Disinilah tempatku, hanya tulisan ini yang menyimpan cerita kita, mungkin akan segera menjadi ceritaku saja, cukup untukku melihat, mendoakan, dan menginginkan hal baik terjadi padamu dan aku tak bisa keluar dari batas ini.
Biarlah aku saja yang menyimpannya. Tolong jangan menjadi bodoh karenaku. Aku tak ingin kamu terluka atau tersakiti karena hal ini. Kamu tahu, kamu sangat pantas mendapatkan dia, aku tahu kamu sudah bisa menebaknya, dia sangat pantas untukmu dan kamu pun sangat pantas mendapatkan dia.
Di era zaman ini, perempuan cantik nan jelita yang menebar kebermanfaatan dikhalayak ramai, terutama social media seperti saat ini adalah seseorang yang mempunyai niat baik, jadi wajar jika dia cocok untukmu, seseorang yang kerap kali menggiringi disetiap namamu, dia dengan segudang prestasi yang mengerahkan hati, dia yang cantik bagai pelita, parasnya pun mengundang kegembiraan hati bagi yang melihatnya. Cukup satu kata: “pantas.” Kalian pantas bersama, dan aku mengakui itu.
Di sinilah batasku. Aku tak bisa melewatinya lagi karena cukup sakit untuk melangkah lebih jauh dan mungkin sulit untuk sembuh. Bolehkah aku berhenti tapi bagaimana caranya, bagaimana bisa aku tak mengatakan "Apakah kamu baik-baik saja hari ini?. Bagaimana dengan esok?. Apakah kamu sudah makan dengan teratur?. Bagaimana dengan kopi, kamu meminumnya setelah makan atau sebelum makan?".
Aku tahu, ini bukan selalu soal memiliki. Kadang, mencintai berarti melepaskan, walaupun itu sangat menyakitkan. Aku hanya bisa berharap kamu mengerti dan tetap bahagia, meski tanpa aku di sisimu (bolehkah aku mengatakan seperti ini?). Mungkin aku memang bodoh, terlalu berharap pada sesuatu yang tak mungkin. Namun apapun itu aku hanya ingin yang terbaik untukmu.
Maaf karena setiap kalimat pada tulisan ini, mungkin sepertinya membuat kamu dan kalian semua tak nyaman dengan apa yang kutulis, ini hanya tulisan yang tak penting, ianya tercipta dari kelemahan sang penulis, dan sekali lagi itu tak penting!.
Bagaimana sekarang? apakah kamu mulai membenciku atau...
Hai, mungkin saat tulisan ini terpublish, bulan sudah berganti karena aku lupa bahwa pernah menulis ini. Aku minta maaf karena awal bulan ini diisi oleh kesedihan. Tapi tak mengapa, karena manusia itu unik. Kenapa unik? Ya, karena manusia itu kadang bahagia, kadang sedih, bahkan kadang berada pada kondisi keduanya sekaligus. Perasaan yang saling bertabrakan itu membuat hidup terasa lebih nyata dan hal tersebut membuat kita lebih bersyukur.
Pada bulan ini, ianya adalah bulan spesial untukku. Di bulan ini aku nggak mau sedih lagi. Aku ingin bahagia, aku ingin mengisi hari-hariku dengan semua kenangan yang akhir-akhir ini tercipta, kenangan yang meski sederhana tapi berarti, yang membuatku merasa hidup ini masih ada harapan.
Jika boleh bertanya, bagaimana kabar kamu? Aku ingin berhenti sejenak dan melihat diriku setelahnya, maaf tiba-tiba. Bukan berarti selama ini aku tak mencintai diriku, hanya saja aku ingin diri ini beristirahat sejenak dari segala beban yang kadang terasa berat. Aku tahu kamu bukanlah seseorang yang dengan mudah menerima bentuk kepedulian, terutama dari orang random yang sangat memedulikanmu dan ingin melihat setidaknya sedikit dalamnya dirimu lebih dari siapapun. (kecuali keluargamu, aku tak pantas berada diranah itu). Aku ingin melihat kamu tanpa topeng apapun yang selama ini mungkin disandarkan orang-orang kepadamu. Aku ingin melihat bagaimana kamu menyelesaikan masalahmu, bagaimana kamu bertahan, bagaimana kamu mengendalikan egomu dan emosimu.
Dinding besar itu (popularitas) menghalangiku untuk masuk ke dalam dirimu. Aku tahu itu bukan hal yang mudah untuk ditembus, dan jujur saja aku lelah tapi di sisi lain aku juga khawatir. Kamu bisa melihatnya kan, keegoisanku mulai tumbuh dan aku akan berhenti dibatas ini.
Sampai tiba saatnya nanti, aku akan tetap di sini, menyaksikan semua yang kutunggu. Aku akan menilai worth it untuk aku pertahankan atau tidak. Aku ingin kamu tahu, meski hati ini sering terluka oleh berita yang tak menyenangkan. Aku memilih untuk tetap menunggu, bukan karena aku tak punya pilihan lain, tapi karena aku percaya bahwa cinta yang tulus adalah tentang memberi ruang dan waktu, tanpa harus memaksa.
Harapan,,, mungkin harapanku bahwa suatu hari, kita bisa bertemu tanpa dinding penghalang, bertemu dengan hati yang terbuka dan jiwa yang saling mengerti, tanpa sorakan masa dan sorotan kamera yang begitu menyilaukan mata.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Komentar
Posting Komentar